Tata Cara Sholat Tahajud Lengkap Sesuai Sunnah

Posted by

DAFTAR ISI

Tata Cara Sholat Tahajud: Keutamaan, Niat, Bacaan, dan Doa Sholat Tahajud

Sholat Tahajud merupakan ibadah sunnah yang paling dianjurkan dalam Islam. Sholat ini menjadi bukti nyata dari kecintaan dan ketaatan seorang hamba kepada Allah, karena dilakukan di waktu malam, saat kebanyakan manusia sedang terlelap.

Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam dan umatnya untuk melaksanakan Sholat Tahajud dalam firman-Nya:

bacaan-shalat-maghrib-untuk-mualaf-belajar-salat
[Klik gambar untuk membeli ebook BUKU PEGANGAN SHALAT MAGHRIB]

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam, kerjakanlah Sholat Tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79)

Artikel ini menyajikan panduan lengkap tentang Tata Cara Sholat Tahajud, termasuk niat, jumlah rakaat, bacaan, waktu terbaik, doa, hingga keutamaan yang bisa diraih. Harapannya, tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk melaksanakan Sholat Tahajud secara konsisten.

Apa Itu Sholat Tahajud?

Sholat Tahajud sholat sunnah yang dilakukan di malam hari setelah bangun tidur. Sholat ini dapat dikerjakan setelah mengerjakan Sholat Isya. Waktu pelaksanaannya terus berlangsung hingga sebelum masuknya waktu Subuh. Sholat ini disebut Sholat Tahajud apabila dikerjakan setelah bangun dari tidur. Untuk lebih memahaminya, mari kita baca penjelasan Imam Al-Qurthubi di bawah ini:

Makna Kata Tahajjud Menurut Imam Al-Qurthubi

Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan surah Al-Isra ayat 79 di atas pada tafsirnya:

فِيهِ سِتُّ مسائل: الاولى- قوله تعالى: (مِنَ اللَّيْلِ) “مِنَ” لِلتَّبْعِيضِ. وَالْفَاءُ فِي قَوْلِهِ “فَتَهَجَّدْ” نَاسِقَةٌ عَلَى مُضْمَرٍ، أَيْ قُمْ فَتَهَجَّدْ

“Dalam ayat ini (ayat 79 surah Al-Isra) terdapat 6 pembahasan:

(مِنَ اللَّيْلِ): Kata ‘مِنْ’ di sini bermakna sebagian (tab’idh, sebagian malam). Adapun huruf ‘فَ’ dalam kalimat ‘فَتَهَجَّدْ’ merupakan penghubung (huruf ‘athaf’) yang menunjukkan pada suatu hal yang disembunyikan (mudhmar), yaitu: “Bangunlah, lalu laksanakan Sholat Tahajud!”

(بِهِ)

أَيْ بِالْقُرْآنِ. وَالتَّهَجُّدُ مِنَ الْهُجُودِ وَهُوَ مِنَ الْأَضْدَادِ. يُقَالُ: هَجَدَ نَامَ، وَهَجَدَ سَهِرَ، عَلَى الضِّدِّ. قال الشاعر: ألا زارت أهل مِنًى هُجُودُ … وَلَيْتَ خَيَالَهَا بِمِنًى يَعُودُ

Firman Allah, (بِهِ): Maksudnya adalah dengan membaca Al-Qur’an.

Kata ‘التَّهَجُّدُ’ berasal dari kata dasar ‘الهُجُود’ yang memiliki dua makna berlawanan (adhdad), yaitu:

1. هَجَدَ bermakna tidur (نام).

2. هَجَدَ juga bisa bermakna terjaga (سهر).

Sebagai contoh, penyair berkata:

ألا زارت أهل مِنًى هُجُودُ … وَلَيْتَ خَيَالَهَا بِمِنًى يَعُودُ

“Mengapa ia tidak mendatangi orang-orang Mina yang sedang tidur? Dan semoga bayangannya kembali hadir di Mina.”

آخَرُ

أَلَا طَرَقَتْنَا وَالرِّفَاقُ هُجُودُ … فَبَاتَتْ بِعَلَّاتِ(١) النَّوَالِ تَجُودُ

يَعْنِي نِيَامًا

Penyair lain berkata:

أَلَا طَرَقَتْنَا وَالرِّفَاقُ هُجُودُ … فَبَاتَتْ بِعَلَّاتِ النَّوَالِ تَجُودُ

“Mengapa ia tidak mendatangi kami saat sahabat-sahabatnya sedang tidur, lalu ia bermalam dengan kemurahan hati yang luar biasa.”

Kata هُجُودُ pada syair di atas bermakna tidur.

Makna Lain dari Kata Tahajjud

وَهَجَدَ وَتَهَجَّدَ بِمَعْنًى

وَهَجَّدْتُهُ أَيْ أَنَمْتُهُ، وَهَجَّدْتُهُ أَيْ أَيْقَظْتُهُ

Kata هَجَدَ dan تَهَجَّدَ memiliki makna yang sama. Selain itu, kata kerja هَجَّدْتُهُ bisa bermakna:

1. Aku menidurkannya (أنَمْتُهُ).

2. Aku membangunkannya (أَيْقَظْتُهُ).

وَالتَّهَجُّدُ التَّيَقُّظُ بَعْدَ رَقْدَةٍ، فَصَارَ اسْمًا لِلصَّلَاةِ، لِأَنَّهُ يَنْتَبِهُ لَهَا. فَالتَّهَجُّدُ الْقِيَامُ إِلَى الصَّلَاةِ مِنَ النَّوْمِ

قَالَ مَعْنَاهُ الْأَسْوَدُ وَعَلْقَمَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْأَسْوَدِ وَغَيْرُهُمْ

Sedangkan tahajjud secara istilah bermakna terjaga setelah tidur. Oleh karena itu, tahajjud menjadi nama khusus untuk ibadah sholat, karena seseorang bangun dari tidurnya untuk melaksanakan ibadah tersebut.

Dengan demikian, tahajjud bermakna bangun untuk sholat setelah tidur. Hal ini juga dipahami oleh Al-Aswad, Alqamah, Abdurrahman bin Al-Aswad, dan lainnya.

Hadis Tentang Tahajjud

رَوَى إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الْقَاضِي مِنْ حَدِيثِ الْحَجَّاجِ بْنِ عُمَرَ صَاحِبِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: أَيَحْسِبُ أَحَدُكُمْ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ كُلِّهِ أَنَّهُ قَدْ تَهَجَّدَ! إِنَّمَا التَّهَجُّدُ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ ثُمَّ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ ثُمَّ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ

Isma’il bin Ishaq Al-Qadhi meriwayatkan dari Hajjaj bin Umar, seorang sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, bahwa ia berkata:

أَيَحْسِبُ أَحَدُكُمْ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ كُلِّهِ أَنَّهُ قَدْ تَهَجَّدَ! إِنَّمَا التَّهَجُّدُ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ ثُمَّ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ ثُمَّ الصَّلَاةُ بَعْدَ رَقْدَةٍ. كَذَلِكَ كَانَتْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

كَذَلِكَ كَانَتْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

“Apakah salah seorang dari kalian mengira bahwa jika ia berdiri sepanjang malam, maka ia sudah disebut bertahajjud? Sebenarnya, tahajjud itu adalah sholat setelah tidur, kemudian sholat setelah tidur lagi, kemudian sholat setelah tidur lagi. Itulah sholat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.”

Pendapat Lain Tentang Tahajjud

وَقِيلَ: الْهُجُودُ النَّوْمُ. يُقَالُ: تَهَجَّدَ الرَّجُلُ إِذَا سَهِرَ، وَأَلْقَى الْهُجُودَ وَهُوَ النَّوْمُ. وَيُسَمَّى مَنْ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ مُتَهَجِّدًا، لِأَنَّ الْمُتَهَجِّدَ هُوَ الَّذِي يُلْقِي الْهُجُودَ الَّذِي هُوَ النَّوْمُ عَنْ نَفْسِهِ

Ada yang mengatakan bahwa hujuud bermakna tidur. Oleh karena itu, seseorang dikatakan bertahajjud ketika ia terjaga di malam hari, meninggalkan tidur, dan melaksanakan sholat.

Orang yang melaksanakan sholat malam disebut mutahajjid karena ia meninggalkan tidur (hujuud) dari dirinya.

Analogi Bahasanya

وَهَذَا الْفِعْلُ جَارٍ مَجْرَى تَحَوَّبَ وَتَحَرَّجَ وَتَأَثَّمَ وَتَحَنَّثَ وَتَقَذَّرَ وَتَنَجَّسَ، إِذَا أَلْقَى ذَلِكَ عَنْ نَفْسِهِ. وَمِثْلُهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ مَعْنَاهُ تَنْدَمُونَ، أَيْ تَطْرَحُونَ الْفُكَاهَةَ عَنْ أَنْفُسِكُمْ، وَهِيَ انْبِسَاطُ النُّفُوسِ وَسُرُورُهَا

Perbuatan ini (tahajjud) memiliki kesamaan dengan kata kerja seperti:

تَحَوَّبَ (membersihkan diri dari dosa).

تَحَرَّجَ (menghindari hal haram).

تَأَثَّمَ (menghindari dosa).

تَحَنَّثَ (menghindari perbuatan dosa atau kesalahan).

تَقَذَّرَ (membersihkan diri dari kotoran).

تَنَجَّسَ (menghilangkan kenajisan).

Yaitu apabila dia berusaha membuang sifat-sifat tersebut dari dirinya.

Sama seperti firman Allah:

فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ

“Lalu kalian sibuk saling mencela.” (QS. Al-Waqi’ah: 65)

Maksudnya adalah mereka menyesali perbuatannya, dan membuang segala bentuk kesenangan dan canda tawa dari diri mereka. Itu adalah kelapangan jiwa dan kebahagiaannya.

يُقَالُ: رَجُلٌ فَكِهٌ إِذَا كَانَ كَثِيرَ السُّرُورِ وَالضَّحِكِ. وَالْمَعْنَى فِي الْآيَةِ: وَوَقْتًا مِنَ اللَّيْلِ اسْهَرْ بِهِ فِي صَلَاةٍ وَقِرَاءَةٍ

Dikatakan seseorang itu adalah ‘fakih’ (berbahagia) jika ia banyak bersukacita dan tertawa.

Makna dalam ayat ini adalah: dan gunakanlah waktu di malam hari untuk begadang dalam sholat dan membaca (Al-Qur’an).

— selesai kutipan —

Sehingga makna tahajjud dalam ayat tersebut adalah:

“Bangun di waktu malam untuk sholat dan membaca Al-Qur’an.”

Penafsiran ini menunjukkan bahwa Sholat Tahajud adalah ibadah malam yang sangat khas, dilakukan setelah seseorang tidur terlebih dahulu. Praktiknya mencerminkan kesungguhan seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Penjelasan Makna Sholat Tahajud Oleh Syaikh Dr. Labib Najib

Syaikh Dr. Labib Najib, seorang ulama fikih mazhab Syafi’i, menjelaskan apa itu Sholat Tahajud:

صلاة التهجد، هي: صلاة في الليل بعد نوم، فالصلاة تشمل الفرض، فلو قضى فرضًا بعد نومٍ حصل التهجد، ويحصل التهجد ولو بسنة العشاء، أو الوتر إذا فُعل بعد نومٍ

Artinya: “Salat Tahajud adalah salat pada malam hari setelah bangun tidur, dan salat ini juga mencakup Sholat Fardhu. Jadi seandainya ada orang yang mengqadha Sholat Fardhu (pada malam hari) setelah bangun tidur, maka itu juga dianggap sebagai Sholat Tahajud. Bahkan jika ia mengerjakan Sholat Sunah Rawatib Isya atau Sholat Witir setelah bangun tidur, teranggap telah melakukan Sholat Tahajud. Jadi, jika ada orang yang mengqadha Sholat Fardu pada malam hari setelah bangun tidur, itu juga dianggap sebagai Sholat Tahajud.”

Keutamaan Sholat Tahajud

1. Kebiasaan Penduduk Surga ketika Mereka di Dunia

Rutin mengerjakan Sholat Tahajud adalah salah satu kebiasaan penduduk surga ketika mereka dulunya di dunia.

Allah Ta’ala menceritakan kepada kita tentang kebiasaan Sholat Tahajud ini di dalam al-Quran surat adz-Dzaariyaat ayat 15 – 18:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air,”

آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ

“mereka menerima segala pemberian Rabb mereka. Sungguh mereka itu sebelumnya di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.”

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

“Mereka (penduduk surga) itu (dulunya ketika di dunia) sedikit tidur di waktu malam.”

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون

“Pada waktu akhir malam (waktu sahur), mereka memohon ampun kepada Allah.”

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah para penghuni surga selalu mengerjakan Sholat Malam walaupun hanya beberapa rakaat.

حدثنا أبو كُرَيب، قال: ثنا ابن يمان، قال: ثنا ابن أبي ليلى، عن المنهال، عن سعيد بن جبير، عن ابن عباس ﴿كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ﴾ قال لم يكن يمضي عليهم ليلة إلا يأخذون منها ولو شيئا

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Tidak ada satu malam pun yang berlalu kecuali mereka mengambil bagian dari malam itu (untuk mengerjakan sholat), meskipun hanya beberapa rakaat.” (Tafsir Ath-Thabari)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا يُرَى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَلَانَ الْكَلَامَ، وَتَابَعَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ

“Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Allah menyiapkannya bagi orang yang memberi makan, berbicara dengan lembut, terus-menerus berpuasa, dan sholat di malam hari ketika manusia sedang tidur.” (HR. Ahmad)

2. Kebiasaan Orang Saleh, Penghapus dan Pencegah Dosa

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَقُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ

“Hendaklah kalian mengerjakan Sholat Malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, penghapus dosa, dan pencegah perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi)

3. Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah

Sholat Tahajud merupakan salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَىٰ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَىٰ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Tuhan kita turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Sarana Masuk Surga dengan Selamat

Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan (kepada orang yang membutuhkan), sambunglah tali silaturahim, dan sholatlah di malam hari ketika manusia sedang tidur. Niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi)

5. Mendapatkan Pujian Allah

Allah Ta’ala berfirman:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidur; mereka selalu berdoa kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan penuh harap, serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 16)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini:

أي أنهم يقومون لصلاة الليل ويتركون النوم والراحة على الفرش الوطيئة

“Maksudnya, mereka bangun untuk Sholat Malam dan meninggalkan tidur serta kenyamanan tempat tidur yang empuk.” (Tafsir Ibnu Katsir)

6. Mendapat Kesaksian Para Malaikat

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ آخِرَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ

“Barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan witir di awal malam. Barang siapa yang berharap bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah ia melaksanakan witir di akhir malam. Karena sholat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat), dan itu lebih utama.” (HR. Muslim)

7. Termasuk Sholat Sunnah Terbaik

Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah Sholat Malam.” (HR. Muslim no. 1163)

8. Rahmat Allah untuk Keluarga

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَىٰ نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun malam, lalu ia melaksanakan Sholat Tahajud dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, lalu ia melaksanakan Sholat Tahajud dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan bangun, ia pun memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Dawud dishahihkan oleh Al-Albani)

***

Tata Cara Sholat Tahajud

Ringkasnya, cara Sholat Tahajud adalah sebagai berikut:

1. Niat Sholat Tahajud

Niat cukup di dalam hati tanpa dilafalkan. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu terbaik untuk melaksanakan Sholat Tahajud adalah sepertiga malam terakhir, yaitu sekitar pukul 02.00 hingga menjelang Subuh. Jika khawatir tidak bangun di waktu ini, Sholat Tahajud boleh dilakukan setelah Sholat Isya.

3. Jumlah Rakaat

Sholat Tahajud dapat dilakukan minimal 2 rakaat dan maksimal tidak dibatasi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasanya melaksanakan 11 atau 13 rakaat, termasuk witir.

كَانَ يُصَلِّي فِي اللَّيْلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa Sholat Malam sebanyak 11 rakaat. Beliau salam setiap 2 rakaat dan menutupnya dengan 1 rakaat witir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bacaan dalam Sholat Tahajud

Pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf ini, beliau bertanya kepada Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang bacaan atau perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai Sholat Tahajud, tatkala beliau bangun di malam hari. Yakni, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai sholat beliau?

Ibunda Aisyah menjawab bahwa manakala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun di malam hari, beliau memulai Salat Tahajud dengan membaca Doa Iftitah:

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيْهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَن تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

ALLAAHUMMA ROBBA JIBROO-IILA WA MIIKAA-IILA WA ISROOFIILA FAATHIROS-SAMAAWAATI WAL ARDH ‘AALIMAL GHOIBI WASY-SYAHAADAH ANTA TAHKUMU BAINA ‘IBAADIKA FIIMA KAANUU FIIHI YAKHTALIFUUN IHDINII LIMAKH-TULIFA FIIHI MINAL HAQQI BI-IDZNIK INNAKA TAHDII MAN TASYAA-U ILAA SHIROOTHIM MUSTAQIIM

Artinya: “Ya Allah, tuhannya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil, Zat Yang menciptakan langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang gaib dan nyata. Engkaulah hakim bagi hamba-hamba-Mu terhadap apa yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu, tunjukkan kebenaran padaku dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau Yang memberi petunjuk menuju jalan yang lurus bagi siapa yang Engkau kehendaki.” (HR. Muslim)

Setelah membaca Al-Fatihah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sering membaca surat panjang seperti Al-Baqarah, An-Nisa, dan Ali Imran.

حَتَّىٰ إِنَّهُ قَدْ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَالنِّسَاءَ فِي رَكْعَةٍ وَاحِدَةٍ

“Hingga beliau membaca surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan An-Nisa dalam satu rakaat.” (HR. Muslim no. 772)

***

Doa Setelah Sholat Tahajud

Setelah Sholat Tahajud, lanjutkan mengerjakan Sholat Witir sebanyak 3 rakaat atau minimal 1 rakaat. Setelah Sholat Witir, bacalah doa berikut:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS

“Maha Suci Raja yang Maha Suci.”

Dibaca sebanyak tiga kali, dan pada bacaan ketiga dipanjangkan.

رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

ROBBIL MALAA-ILATI WAR-RUUH

“Tuhan para malaikat dan Ar-Ruh.” (HR. Abu Daud dan Nasa-i, dishahihkan oleh Al-Albani)

***

Apa Beda Sholat Tahajud dengan Qiyamul Lail?

Qiyamul Lail adalah ketika seseorang menghidupkan waktu malam dengan melaksanakan ibadah apa saja yang disyariatkan dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibadah Qiyamul Lain tersebut tidak hanya Sholat Malam. Bisa jadi dia membaca Al-Quran, berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya.

Untuk melaksanakan Qiyamul Lail tidak mesti harus tidur terlebih dahulu, namun seseorang bisa langsung melaksanakan Qiyamul Lail langsung setelah Sholat Isya, misalnya dengan membaca Al-Quran, berdzikir, atau belajar ilmu agama. Demikian juga, seseorang pun bisa melakukan Qiyamul Lail setelah dia bangun dari tidur. Qiyamul Lail tidak disyaratkan dikerjakan dalam waktu tertentu yang lama. Seseorang yang hanya membaca Al-Quran sebentar pun sudah terhitung Qiyamul Lail.

Dengan demikian, makna Qiyamul Lail lebih umum dibandingkan Sholat Tahajud. Jika seseorang melakukan Sholat Tahajud berarti dia juga melakukan Qiyamul Lail dikarenakan dia sudah menghidupkan malam dengan mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah.

***

Apa Beda Sholat Malam dengan Sholat Tahajud?

Sholat Malam adalah sholat yang dilakukan pada waktu malam, mulai dari waktu Isya hingga akhir malam sebelum masuk waktu Sholat Subuh. Sholat Malam ini tentu saja adalah bagian dari Qiyamul Lail. Sholat Malam bisa dilakukan tanpa didahului tidur terlebih dahulu, seperti Sholat Tarawih yang dilakukan langsung setelah Sholat Isya (khusus pada bulan Ramadhan), atau Sholat Malam bisa juga dilakukan setelah bangun dari tidur malam, seperti Sholat Tahajud dan Sholat Witir.

Jadi, Sholat Tahajud merupakan bagian dari Sholat Malam, Sholat Malam bagian dari Qiyamul Lail.

***

Apa Beda Sholat Tahajud dengan Sholat Tarawih?

Ustadz Ammi Nur Baits, pengasuh KonsultasiSyariah.com, ketika beliau ditanya apakah Sholat Tarawih dengan Sholat Tahajud itu sama, sehingga jika seseorang sudah melaksanakan Sholat Tarawih tidak perlu melakukan Sholat Tahajud lagi.

Beliau menjawab dengan mengambil referensi dari Al-Fatawa al-Mukhtarah Thariqul Islam, yaitu ada keterangan dari Syaikh Hamid bin Abdillah al-Ali bahwa Sholat Tahajud dan Sholat Tarawih merupakan bagian dari Qiyamul Lail. Pada zaman Nabi dan para Sahabat, keduanya dinamakan Qiyamul Lail. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengerjakan Qiyamul Lail di awal malam, terkadang di tengah malam, atau terkadang di akhir malam. Al-Quran menyebut keduanya dengan menggunakan ungkapan Qiyamul Lail dan Tahajjud. Tidak ada beda dua istilah tersebut dalam Al-Quran.

Kemudian pada masa berikutnya, setelah generasi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum muslimin melaksanakan Sholat Malam pada 20 hari pertama di bulan Ramadhan di awal waktu malam (sehabis Sholat Isya), karena waktu ini yang mudah bagi mereka. Mereka menyebut Sholat Malam di awal waktu malam bulan Ramadhan ini dengan nama Sholat Tarawih. Pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, mereka mengerjakan Sholat Malam di penghujung malam (sepertiga malam yang terakhir menjelang waktu Subuh) dalam rangka mencari Lailatul Qodar, dan mereka menamakan Sholat Malam pada waktu akhir malam ini dengan nama Sholat Tahajud (Lihat: https://konsultasisyariah.com/5901-tahajud-dan-tarawih.html).

Ada banyak ayat Al-Quran dan Hadis Nabi yang menyebutkan tentang keutamaan Sholat Tahajud. Begitupun pula dengan atsar para Sahabat dan para Salafus Sholeh terdahulu. Hal ini menunjukkan Sholat Tahajud memiliki banyak keutamaan.

***

Apa Hukum Sholat Malam?

Sholat Tahajud dan Sholat Witir termasuk Sholat Malam. Mayoritas ulama mengatakan bahwa hukum Sholat Malam adalah Sunnah Muakkadah, yaitu suatu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Di antara dalilnya adalah:

وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ….

“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah Sholat Malam.” (HR. Muslim, kitab ash-Shiyaam, bab Fadhli Shoumi Muharram, no 1163)

Sholat Tahajud Sebaiknya Jam Berapa?

Waktu Sholat Tahajud dimulai sejak masuknya waktu Isya hingga akhir malam, sebelum masuknya waktu Subuh. Sholat Tahajud dilakukan setelah selesai melaksanakan Sholat Isya, lalu Anda tidur terlebih dahulu, kemudian bangun untuk mengerjakannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن الله زادكم صلاة فصلوها بين العشاء والفجر

“Sesungguhnya Allah telah memberikan kalian tambahan sholat (yaitu Sholat Witir), maka Sholat Witirlah kalian antara waktu Isya dan Fajar (Subuh).” (HR. Ahmad)

Hadis di atas dijadikan salah satu dalil tentang waktu Sholat Tahajud dikarenakan Sholat Witir merupakan bagian dari Sholat Malam, dan bahkan Sholat Witir adalah penutup Sholat Malam. Sedangkan Sholat Tahajud merupakan Sholat Malam. Jika Anda mengerjakan Sholat Tahajud maka penutup dari Sholat Tahajud Anda adalah Sholat Witir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

“Jadikanlah Sholat Witir sebagai penutup Sholat Malam kalian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jadi, sebaiknya kita melaksanakan Sholat Tahajud jam berapa? Anda boleh mengerjakan Sholat Tahajud pada awal malam, pertengahan malam, atau akhir malam, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Witir pada awal malam, pertengahan, dan akhir malam.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, dengan sanad hasan)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Setiap malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Witir, sejak awal malam, pertengahan, dan akhir malam, dan Sholat Witir ini berakhir hingga waktu sahur.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Al-Witr, bab Saa’aatil Witr, no. 996)

Jadi, bagusnya Sholat Tahajud jam berapa? Jika Anda ingin melaksanakan Sholat Tahajud pada waktu yang terbaik maka kerjakanlah Sholat Tahajud pada akhir malam. Waktu ini direkomendasikan untuk Anda yang mampu dan yakin bisa bangun pada akhir malam. Hal ini berdasarkan Hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

من خاف أن لا يقوم آخر الليل ، فليوتر أوله، ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر آخر الليل، فإن صلاة آخر الليل مشهودة، وذلك أفضل

“Barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam, maka sebaiknya dia melakukan Sholat Witir pada awal malam. Dan barang siapa yang sangat berkeinginan untuk bangun pada akhir malam, maka hendaknya dia mengerjakan Sholat Witir pada akhir malam, karena Sholat Witir pada akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat), dan (Sholat Witir pada akhir malam) itu lebih baik.” (HR. Muslim dalam kitab Sholaatil Musaafiriin, bab Man Khoofa an Laa Yaquuma min Aakhiril Laili fal Yuutir Awwalahu, no. 755)

***

Bagaimana Cara Sholat Tahajud Nabi?

Jumlah rakaat Sholat Tahajud yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada beberapa macam. Imam Ibnul Qoyyim menulis tentang cara Sholat Tahajud yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kitab beliau Zaadul Ma’ad (I/329). Berikut ini beberapa cara Sholat Tahajud yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Pertama:

Cara Tahajud Nabi yang diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun pada malam hari. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu shalat 2 rakaat dengan memperlama berdiri, memperlama rukuk, dan memperlama sujud.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi tidur kembali hingga meniup-niup (maksudnya adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa terlebih dahulu sebelum tidur. Dan do’a sebelum tidur sebagaimana yang kita tahu adalah diakhiri dengan meniup-niup, insya Allah nanti akan kita bahas pada kesempatan yang lainnya)

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan itu sebanyak 3 kali dengan 6 rakaat.

Pada setiap kalinya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak dan berwudhu.

Dalam bacaan sholat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Ali Imran ayat 190 hingga akhir surat, yaitu mulai dari ayat:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Witir 3 rakaat. (HR. Muslim no. 763)

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Kedua:

Cara Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kedua ini diceritakan oleh ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai Sholat Tahajud beliau dengan 2 rakaat yang pendek. Beliau Sholat Tahajud setiap 2 rakaat langsung salam. Kemudian beliau menyempurnakan Sholat Tahajud tersebut hingga 11 rakaat. Kemudian terakhir beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Witir 1 rakaat.

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Ketiga:

Sama dengan cara yang kedua di atas, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sebanyak 13 rakaat.

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Keempat:

Cara ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qoshrihaa, bab Sholaatil Laili wa ‘Adadu Raka’aatin Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam, no. 738:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Tahajud 8 rakaat, dengan salam setiap 2 rakaat. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam Sholat Witir sebanyak 5 rakaat sekaligus tanpa duduk, lalu salam pada rakaat terakhir.

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Kelima:

Cara ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qoshrihaa, bab Sholaatil Laili wa ‘Adadu Raka’aatin Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam, no. 746:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Tahajud 9 rakaat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya secara bersambung pada 8 rakaat, beliau kemudian duduk (yaitu duduk tasyahud awal) pada rakaat yang ke-8. Pada rakaat ke-8 ini beliau duduk berdzikir kepada Allah, memuji Allah, dan berdoa kepada Allah.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun tanpa salam dan meneruskan rakaat yang ke-9. Pada rakaat yang ke-9 ini beliau duduk (yaitu duduk tasyahud akhir), membaca tasyahud dan salam.

Setelah salam beliau sholat kembali sebanyak 2 rakaat.

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Keenam:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat 7 rakaat. Pada 6 rakaat awal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya secara bersambung, beliau kemudian duduk (yaitu duduk tasyahud awal) pada rakaat yang ke-6. Pada rakaat ke-6 ini beliau duduk berdzikir kepada Allah, memuji Allah, dan berdoa kepada Allah.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun tanpa salam dan meneruskan rakaat yang ke-7. Pada rakaat yang ke-7 ini beliau duduk (yaitu duduk tasyahud akhir), membaca tasyahud dan salam.

Setelah salam beliau sholat kembali sebanyak 2 rakaat.

Cara Sholat Tahajud Nabi yang Ketujuh:

Cara Sholat Tahajud Nabi ini diriwayatkan dalam HR. Ahmad, dalam kitab Musnad beliau, no. 24697:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat 2 rakaat salam, 2 rakaat salam.

Beliau melakukan Sholat Witir 3 rakaat sekaligus, dan salam pada rakaat yang terakhir.

***

Kesimpulan Tata Cara Sholat Tahajud Nabi

Untuk memudahkan Anda memahami 7 cara Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, berikut ini saya simpulkan poin-poin pentingnya:

Pertama:
Jumlah rakaat Sholat Tahajud yang dianjurkan adalah 11 rakaat hingga 13 rakaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan Sholat Malam 11 – 13 rakaat.

13 rakaat berdasarkan dalil dari Hadis Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut ini:

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْلِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan Sholat Malam 13 raka’at. “ (HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764)

Juga berdasarkan Hadis shahih yang diriwayatkan oleh ibunda kita, Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يُصَلىِّ فِيْمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَ هِيَ الَّتِي يَدْعُوْ النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلىَ الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُسَلَّمُ بَيْنَ كُلّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Sholat Malam setelah Sholat Isya hingga waktu fajar sebanyak 11 rakaat. Beliau melakukan salam setiap 2 rakaat dan beliau melakukan witir satu rakaat.” (HR. Muslim)

Kedua:
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali Sholat Tahajud dengan 2 rakaat yang ringan terlebih dahulu.

Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ لِيُصَلِّىَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak melaksanakan Sholat Malam, beliau mulai terlebih dahulu dengan mengerjakan sholat dua rakaat yang ringan terlebih dahulu.” (HR. Muslim no. 767)

Ketiga:
Berdiri lama dalam Sholat Tahajud.

Ini adalah salah satu tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan Sholat Tahajud, yaitu berdiri lama dalam sholat. Salah satunya adalah dikarenakan bacaan beliau yang panjang dan khusyuk.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوت

“Sholat yang paling baik adalah yang paling lama berdirinya.” (HR. Muslim)

***

Cara Sholat Tahajud untuk Pemula

Bagi Anda yang belum terbiasa melakukan Sholat Tahajud. Ada satu cara memulai Sholat Tahajud yang ringan, yaitu merutinkan Sholat Witir sebanyak 3 rakaat. Ini dalam rangka membiasakan diri mengerjakan Sholat Malam. Berikut ini 3 caranya:

Cara pertama: Dikerjakan sekaligus 3 rakaat, salam pada rakaat terakhir.

Dalilnya adalah Hadis Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang hendak witir 3 rakaat, silakan…” (HR. Abu Daud)

Cara kedua: 2 rakaat kemudian salam, kemudian sholat kembali 1 rakaat, dan salam.

Dalil cara Sholat Tahajud di atas adalah Hadis Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan witir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang 3 rakaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisahkan antara rakaat genap dan rakaat ganjil dengan salam yang beliau keraskan agar kita dengar.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Anda rutinkan Sholat Witir ini dengan konsisten. Insya Allah itu yang terbaik untuk Anda. Ini adalah salah satu cara membiasakan Sholat Malam.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai Allah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,

أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“(Amalan yang dicintai Allah) adalah amalan yang rutin, walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782)

sholat tahajud amalan yang dicintai allah

Cara Ketiga: Sholat Witir satu rakaat.

Jika Sholat Witir 3 rakaat di atas masih terlalu berat bagi Anda, maka cukup mulai dan rutinkan Sholat Witir 1 rakaat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang Sholat Witir satu rakaat ini:

ومن أحب أن يوتر بواحدة فليفعل

“Siapa saja yang ingin mengerjakan Sholat Witir satu rakaat maka silakan dia kerjakan.” (HR. Abu Daud dalam kitab Sunannya, kitab ash-Sholaah, bab Kamil Witr, no. 1422)

Apabila Anda sulit bangun di akhir malam, maka Anda boleh Sholat Witir satu rakaat di awal malam, sebelum tidur atau setelah melaksanakan Sholat Isya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

“Jadikanlah Sholat Witir sebagai penutup Sholat Malammu.” (Muttafaqun ‘alaihi)

cara sholat tahajud sholat witir

Bolehkah Sholat Tahajud Setelah Melaksanakan Sholat Witir?

Jika Anda sebelum tidur sudah melaksanakan Sholat Witir, namun di akhir malam Anda bangun dan ingin melaksanakan Sholat Tahajud, maka Anda boleh melaksanakan Sholat Tahajud, namun tanpa ditutup dengan Sholat Witir karena Anda sebelumnya sudah melaksanakan Sholat Witir.

Dalilnya adalah Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ

“Tidak ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Ahmad: 15704, Abu Daud: 1227, Nasa’i: 1661, dan Tirmidzi: 432; dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)

***

Sifat Bacaan Sholat Tahajud

Dalam Sholat Tahajud tidak ada bacaan khusus yang diwajibkan (setelah membaca Al-Fatihah). Namun, jika kita ingin mencontoh teladan kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beginilah gambaran Sholat Malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Sholat Tahajud Nabi shallallahu’alaihi wa sallam panjang dan khusyuk

Syaikh al-Albani dalam buku Shifatu Sholaatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, minat Takbiir ilat Tasliim Ka-annaka Taroohaa atau yang biasa kita kenal dengan buku Sifat Sholat Nabi, beliau Syaikh al-Albani menulis bahwa terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaannya dan terkadang melirihkan. Terkadang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surah Al-Quran yang pendek dan terkadang membaca surah yang panjang, dan bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surah yang sangat panjang sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan:

صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ليلة فلم يزل قائما حتى هممت بأمر سوء قلنا وما هممت قال هممت أن أقعد وأذر النبي صلى الله عليه وسلم

“Saya pernah Sholat Malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri sangat lama, sampai-sampai saya bermaksud melakukan sesuatu yang tidak baik.” Ada yang bertanya, “Apa maksudmu melakukan yang tidak baik itu?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya bermaksud duduk dan meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hudzaifah bin Yaman berkata:

صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة، فافتتح البقرة، فقلت يركع عند المائة، ثم مضى فقلت يصلي بها في ركعة، فمضى فقلت يركع بها، ثم افتتح النساء فقرأها، ثم افتتح آل عمران فقرأها يقرأ مترسلاً إذا مر بآية فيها تسبيح سبح، وإذا مر بسؤال سأل، وإذا مر بتعوذ تعوذ، ثم ركع فجعل يقول: سبحان ربي العظيم فكان ركوعه نحوا من قيامه ثم قال: سمع الله لمن حمده، ربنا لك الحمد ثم قام قياماً طويلاً قريباً مما ركع، ثم سجد فقال: سبحان ربي الأعلى فكان سجوده قريباً من قيامه رواه مسلم

“Pada suatu malam, saya Sholat Malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau membaca surah Al-Baqarah. Saya menduga mungkin Nabi akan rukuk pada ayat ke-100, namun Nabi tetap melanjutkan bacaannya. Saya menduga lagi bahwa beliau membaca Al-Baqarah untuk 2 rakaat, namun Nabi tetap melanjutkan bacaannya. Saya menduga lagi mungkin Nabi akan rukuk setelah membaca surah al-Baqarah, namun Nabi melanjutkan membaca surah An-Nisa sampai selesai. Beliau kemudian membaca surah Ali Imran. Beliau membaca dengan lambat. Apabila beliau bertemu dengan ayat tasbih maka beliau bertasbih. Apabila beliau bertemu dengan ayat yang mengandung doa maka beliau berdoa. Apabila beliau bertemu dengan ayat ta’awwudz maka beliau memohon perlindungan kepada Allah, kemudian beliau rukuk dan mengucapkan ‘SUBHAANA ROBBIYAL ‘ADZHIIM’. Lamanya beliau rukuk sama dengan lama berdirinya beliau. Kemudian beliau (bangkit dari rukuk) mengucapkan ‘SAMI-ALLAHU LIMAN HAMIDAH, ROBBANAA LAKAL HAMD’. Kemudian beliau berdiri lagi dengan berdiri yang lama, sama dengan lama beliau ketika rukuk. Kemudian beliau sujud, beliau mengucapkan (dalam sujud beliau) ‘SUBHAANA ROBBIYAL A’LAA. Lamanya sujud beliau sama mendekati lama waktunya berdiri beliau.” (HR. Muslim)

Dua Hadis di atas menggambarkan Sholat Tahajud Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Anda mampu meniru persis tata cara Sholat Tahajud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka itu lebih baik tentunya. Namun ini tidak wajib bagi kita. Sebaiknya kerjakan ibadah sesuai dengan kemampuan kita, yang terpenting adalah ibadah yang rutin dan konsisten, walaupun hanya sedikit, sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“(Amalan yang dicintai Allah) adalah amalan yang rutin, walaupun sedikit.” (HR. Muslim no. 782)

***

Bacaan Sholat Witir

Sholat Witir sebagai penutup Sholat Malam Anda. Sholat Witir dikerjakan setelah Anda selesai mengerjakan Sholat Tahajud. Bacaan Sholat Witir yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al-Fatihah) adalah:

Pada rakaat pertama: membaca surah al-A’laa (yaitu: SABBIHIS MAROBBIKAL A’LAA dan seterusnya).

Pada rakaat kedua: membaca surah al-Kafiruun (yaitu: QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan seterusnya).

Pada rakaat ketiga: membaca surah al-Ikhlas (yaitu: QUL HUWALLAHU AHAD dan seterusnya).

Praktek bacaan 3 surah di atas sering kali kita lihat pada pelaksanaan Sholat Tarawih di bulan Ramadhan. Anda pasti ingat, ya kan?

Dalilnya adalah Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika beliau ditanya tentang Sholat Witir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata,

كَانَ يَقْرَأُ فِي الْأُولَى بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى ، وَفِي الثَّانِيَةِ بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ، وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca SABBIHIS MAROBBIKAL A’LAA (surah al-A’laa) pada rakaat pertama, dan membaca QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN (surah al-Kafiruun) pada rakaat kedua, dan membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surah al-Ikhlas) beserta surah al-Falaq dan an-Naas pada rakaat ketiga.” (HR. At-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya, dalam kitab ash-Sholaah, bab Maa Jaa-a fiima Yaqro-u fil Witr, no. 462)

***

Apa Bacaan Qunut dalam Sholat Witir?

Bacaan qunut dalam Sholat Witir tidak wajib. Tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca qunut pada setiap kali Sholat Witir. Para Sahabat, Tabi’in (generasi setelah Sahabat Nabi) juga pernah meninggalkan qunut selama satu tahun. Ini menunjukkan bahwa membaca qunut dalam Sholat Witir tidak wajib. Bacaan qunut dalam Sholat Witir dibaca pada rakaat terakhir, dibaca setelah membaca surah Al-Fatihah dan surah setelahnya, sebelum rukuk, sebagaimana juga sah dilakukan setelah bangun dari rukuk (pada posisi i’tidal).

Dalilnya adalah Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah ditanya mengenai hal ini, lalu beliau menjawab, “Kami melakukannya sebelum dan sesudah rukuk.” (HR. Ibnu Majah)

Bacaan Qunut dalam Sholat Witir ini dapat Anda lihat pada video di bawah ini:

***

VIDEO TATA CARA SHOLAT TAHAJUD

***


REFERENSI ARTIKEL TATA CARA SHOLAT TAHAJUD

  • https://islamqa.info/id/52875
  • https://tafsir.app/qurtubi/17/79
  • https://tafsir.app/tabari/51/19
  • https://konsultasisyariah.com/1855-bolehkah-mengerjakan-2-sholat-witir.html
  • https://rumaysho.com/550-di-balik-amalan-yang-sedikit-namun-kontinu.html
  • http://www.binbaz.org.sa/noor/6523
  • http://www.binbaz.org.sa/noor/11462
  • https://saaid.net/rasael/97.htm
  • https://islamqa.info/ar/52875
  • http://www.khaledalsabt.com/cnt/dros/2487
  • https://rumaysho.com/934-hukum-melafadzkan-niat-usholli-nawaitu-2.html
  • https://rumaysho.com/472-setelah-shalat-witir-bolehkah-shalat-sunnah-lagi.html
  • https://konsultasisyariah.com/5901-tahajud-dan-tarawih.html
  • https://konsultasisyariah.com/29289-batas-akhir-waktu-shalat-isya.html
  • https://muslim.or.id/111-tata-cara-shalat-malam-dan-witir-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html
  • https://islamqa.info/ar/143240
  • http://www.binbaz.org.sa/fatawa/1008
  • -https://islamqa.info/ar/3749
  • -https://islamqa.info/ar/50070
  • https://almanhaj.or.id/4066-amal-amal-yang-dapat-memasukan-manusia-ke-surga-dengan-selamat.html
  • http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=272872
  • https://muslimafiyah.com/perbedaan-qiyamul-lail-shalat-malam-shalat-witir-dan-shalat-tarawih.html
  • https://rumaysho.com/13929-qiyamul-lail-shalat-tahajud-dan-shalat-malam.html
  • https://www.youtube.com/watch?v=TGKYxghCjs8&feature=share
  • https://islamqa.info/ar/112638
  • https://konsultasisyariah.com/18087-sholat-tahajud-tanpa-tidur-dulu.html
  • http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=53&ID=2190
  • Buku Panduan Lengkap Shalat Tahajjud, Muhammad bin Su’ud al-Arifi, Pustaka Ibnu Katsir, 2010
  • Buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 2000
Visited 127 times, 1 visit(s) today
cara-sholat-bacaan-shalat-untuk-mualaf
[Klik gambar untuk membeli ebook BUKU PEGANGAN SHALAT MAGHRIB]

6 comments

  1. Assalamualaikum mungkin bisa ustdz berikan penjelasan tentang abu hanifah tantang solat malam beliou abu hanifah melakukan sholat 300 raka-at ket juga ada 1000 rokaat .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *