Yuk, waspadai zat tambahan makanan (aditif makanan) yang berbahaya dan haram!
Zat tambahan makanan, atau biasa disebut aditif makanan, adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah kecil. Tujuannya antara lain untuk:
- Memperindah tampilan makanan.
- Memperkaya cita rasa.
- Memperbaiki dan mempercantik tekstur.
- Membuat makanan lebih awet sehingga tahan lama.
Namun, tahukah Anda? Tidak semua zat tambahan makanan aman dan halal. Ada yang dibuat dari bahan-bahan haram atau berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
DAFTAR ISI
- Jenis Zat Tambahan Makanan
- 2. Zat Tambahan Makanan Alami
- Mengapa Kita Harus Waspada Zat Tambahan Makanan?
- Tips Memilih Makanan Halal dan Aman
- Kode Zat Tambahan Makanan Haram dan Artinya
- Waspada! Produk Tanpa Label Halal
- Zat Tambahan Makanan yang Asal-Usulnya Tidak Jelas
- Catatan-Catatan Penting
- Awas, Babi Ada di Mana-Mana!
Jenis Zat Tambahan Makanan
Zat tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua jenis utama:
1. Zat Tambahan Makanan Buatan (Sintetis)
Zat ini dibuat di laboratorium atau pabrik dengan menggunakan bahan kimia. Meski sifatnya mirip dengan bahan alami, zat sintetis ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam skala besar.
Keunggulan zat tambahan makanan sintetis:
- Mudah diproduksi dalam jumlah banyak.
- Efisien karena hanya membutuhkan takaran kecil.
- Tahan lama sehingga ekonomis untuk industri makanan.
Namun, ada risikonya:
Jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan terus-menerus, dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti alergi, gangguan hormonal, bahkan risiko kanker.
Awas! Zat Tambahan Sintetis Juga Berpotensi Haram
Sebagian zat aditif sintetis dibuat dari bahan haram, misalnya dari babi atau hewan yang tidak disembelih sesuai syariat. Oleh karena itu, pastikan Anda selalu mengecek asal-usul bahan makanan.
Contoh kode zat tambahan makanan haram yang harus dihindari:
• E120, E471, E472 (a, b, c, d), E476, E482, E635
• Gelatin, Pepsin, Lard (lemak babi)
2. Zat Tambahan Makanan Alami
Zat ini diperoleh langsung dari alam tanpa proses sintetis. Contohnya adalah pewarna alami seperti:
- Wortel: Memberikan warna oranye pada makanan seperti selai.
- Kunyit: Memberi warna kuning pada nasi kuning sekaligus menambah rasa unik.
- Daun suji dan pandan: Memberi warna hijau dan aroma harum pada makanan.
Zat tambahan alami lainnya:
- Pemanis alami: Gula tebu, gula aren, gula merah, dan madu.
- Pengawet alami: Garam dapur, bawang putih, dan cuka.
- Penyedap alami: Garam dapur, bawang putih, cabai, dan gula.
Zat tambahan makanan alami lebih aman, asalkan digunakan dalam takaran yang wajar.
Mengapa Kita Harus Waspada Zat Tambahan Makanan?
Makanan haram bukan hanya berdampak buruk bagi kesehatan, tetapi juga dapat memengaruhi kehidupan spiritual dan ibadah kita. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memperingatkan bahwa makanan haram bisa menyebabkan:
- Doa tidak dikabulkan.
- Malas beribadah.
- Hidup tidak berkah.
- Terancam hukuman di akhirat.
Tips Memilih Makanan Halal dan Aman
1. Perhatikan Label Halal
Pastikan produk makanan memiliki sertifikat halal dari lembaga terpercaya seperti MUI.
2. Kenali Kode Zat Tambahan Makanan
Hindari produk dengan kode aditif yang tidak jelas atau berasal dari bahan yang diragukan kehalalannya.
3. Utamakan Bahan Alami
Pilih produk dengan bahan alami yang lebih aman bagi kesehatan dan halal.
4. Cek Komposisi Produk
Bacalah label komposisi makanan dengan teliti. Jika ragu, hindari produk tersebut.
5. Waspadai Lemak Campuran
Beberapa produk makanan menggunakan campuran lemak tumbuhan dan hewan. Pilih produk yang mencantumkan “100% lemak nabati” untuk keamanan.
Berikut adalah daftar kode zat tambahan makanan yang haram, lengkap dengan penjelasan arti setiap kode. Daftar ini dibuat untuk membantu Anda mengenali zat-zat yang perlu dihindari dalam makanan dan minuman:
Kode Zat Tambahan Makanan Haram dan Artinya
1. Emulsifier dan Penstabil (E Numbers)
Emulsifier adalah zat yang membantu mencampurkan bahan yang sulit bercampur, seperti air dan minyak. Namun, beberapa emulsifier dibuat dari lemak hewan (termasuk babi) atau sumber haram lainnya.
• E120 (Cochineal/Carmine)
Pewarna merah yang berasal dari serangga Cochineal.
• E140 (Chlorophyll)
Pewarna hijau alami dari tumbuhan, tetapi bisa dicampur lemak hewan sebagai pelarut.
• E141 (Copper Chlorophyll)
Turunan E140, pewarna hijau yang sering mengandung campuran bahan hewani.
• E252 (Potassium Nitrate)
Pengawet yang kadang dibuat dari bahan haram.
• E422 (Glycerol/Glycerine)
Humektan dan pemanis yang sering dibuat dari lemak babi atau hewan yang tidak disembelih secara halal.
• E471 (Mono- dan Digliserida Asam Lemak)
Emulsifier yang bisa berasal dari lemak babi atau hewan yang tidak disembelih secara syariat.
• E472 (a,b,c,d,e,f)
Ester asam lemak yang mungkin berasal dari sumber hewani (termasuk babi).
• E475 (Polyglycerol Esters of Fatty Acids)
Emulsifier yang sering berasal dari lemak hewani.
• E477 (Propylene Glycol Esters of Fatty Acids)
Digunakan dalam makanan panggang, es krim, dan krim kocok, sering berasal dari lemak babi.
• E478 (Lactylated Fatty Acid Esters)
Emulsifier yang dapat berasal dari lemak hewani.
• E482 (Calcium Stearoyl Lactylate)
Pengemulsi yang sering dibuat dari lemak babi atau hewan lainnya.
• E483 (Stearyl Tartrate)
Bahan yang bisa mengandung elemen dari lemak babi.
2. Lemak dan Bahan Terkait
Lemak adalah salah satu bahan yang sering berasal dari hewan, dan tidak semuanya halal.
• Lard
Lemak babi. Secara jelas haram dalam Islam.
• Shortening (Animal)
Lemak hewani yang tidak dijamin kehalalannya.
• Magnesium Stearate
Pengemulsi yang sering berasal dari lemak hewan.
• Stearic Acid
Asam lemak yang bisa berasal dari tumbuhan atau hewan, tetapi sering dari babi.
3. Enzim dan Protein Hewani
Enzim sering digunakan dalam proses makanan seperti pembuatan keju, tetapi sumbernya perlu diperhatikan.
• Rennet (Cheese)
Enzim dari lambung hewan, bisa berasal dari sapi yang tidak disembelih secara syariat atau babi.
• Pepsin
Enzim pencernaan dari babi.
• Gelatin
Bahan pengental yang sering dibuat dari tulang atau kulit babi.
• Glycerol
Sering berasal dari lemak babi atau hewan tidak halal.
4. Zat Tambahan Lain yang Berpotensi Haram
Zat-zat berikut juga perlu diwaspadai karena sering digunakan dalam industri makanan dengan bahan tidak halal:
• E631 (Disodium Inosinate)
Penguat rasa, biasanya berasal dari daging babi atau ikan.
• E635 (Disodium Ribonucleotides)
Kombinasi E631 dan E627, sering berasal dari sumber haram.
***
Waspada! Produk Tanpa Label Halal
Selalu cek label produk makanan Anda. Jika tidak ada label halal, periksa komposisi dan kode bahan tambahan seperti yang tercantum di atas. Jika masih ragu, lebih baik dihindari untuk menjaga kehati-hatian dalam mengonsumsi makanan halal.
Catatan Penting:
- Produk halal tidak selalu mahal, tetapi membutuhkan ketelitian.
- Zat tambahan makanan halal tetap harus digunakan sesuai aturan, karena penggunaan berlebihan juga dapat merugikan kesehatan.
Sebagai Muslim, penting untuk memahami kode dan arti zat tambahan makanan yang ada di produk sehari-hari. Memilih makanan halal bukan hanya tentang menghindari yang haram, tetapi juga tentang menjaga kesehatan dan keberkahan dalam hidup.
Selalu cek label, kenali kode bahan tambahan, dan utamakan produk dengan label halal. Makanan yang kita konsumsi adalah bagian penting dari ibadah kita. Jangan biarkan makanan haram merusak amal dan kehidupan kita.
Zat Tambahan Makanan yang Asal-Usulnya Tidak Jelas
Zat tambahan makanan di bawah ini patut diwaspadai karena asal-usulnya tidak diketahui dengan pasti. Sebaiknya hindari penggunaannya untuk menjaga kehati-hatian dalam memilih makanan halal.
1. Cholesterol
Lemak yang secara alami ditemukan dalam tubuh makhluk hidup. Bisa berasal dari sumber hewani seperti babi, sapi, atau ayam. Tanpa keterangan asal yang jelas, kolesterol ini bisa menjadi haram.
2. Diglyceride
Emulsifier yang terbuat dari lemak, baik nabati maupun hewani. Jika berasal dari lemak babi atau hewan yang tidak disembelih sesuai syariat, maka haram.
3. Gelatin
Bahan pengental yang sering dibuat dari tulang dan kulit babi. Jika berasal dari sapi atau kambing, pastikan hewan tersebut disembelih secara halal.
4. Hormones
Digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan hewan atau tanaman. Jika berasal dari babi atau proses non-halal, maka tidak diperbolehkan.
5. Mono Glycerides
Emulsifier yang mirip dengan diglyceride, sering kali berasal dari lemak babi atau hewan lainnya.
6. Animal or Lard Shortening
Lemak hewani, termasuk lemak babi (lard), yang sering digunakan dalam pembuatan kue dan roti. Hindari jika tidak ada keterangan halal.
7. Vegetable Shortening
Lemak nabati yang terkadang dicampur dengan lemak hewani untuk meningkatkan kualitas. Pastikan ada label halal jika menggunakan produk ini.
8. Antioxidant
Zat yang mencegah oksidasi pada makanan, sering kali berasal dari bahan sintetis. Beberapa antioksidan bisa berasal dari lemak babi.
9. Calcium Stearoyl Lactylate
Pengemulsi dan pelembut roti yang dapat berasal dari lemak hewani. Pastikan sumbernya halal.
10. Gum Tragacanth
Bahan pengental alami dari tanaman, tetapi proses produksinya kadang menggunakan bahan hewani sebagai pelarut.
11. Lecithin
Emulsifier yang bisa berasal dari kedelai (nabati) atau kuning telur (hewani). Jika berasal dari telur yang tidak halal, patut dihindari.
12. Polysorbate 60/80
Emulsifier sintetis yang terkadang dibuat dengan bahan dasar lemak hewani.
13. Propylene Glycol
Digunakan sebagai pelarut dalam makanan, minuman, atau kosmetik. Proses produksinya bisa melibatkan bahan yang tidak halal.
14. Alginate/Mono Stearate
Pengental dan pengemulsi yang sering digunakan dalam makanan olahan. Asalnya bisa dari sumber hewani atau nabati.
15. Sodium Lauryl Sulfate
Sering digunakan dalam produk non-makanan, seperti pasta gigi atau sabun. Namun, jika digunakan dalam makanan, pastikan asalnya halal.
16. Sodium Stearate/Stearoyl-2 Lactylate
Emulsifier yang biasanya digunakan dalam roti dan makanan olahan. Jika sumber lemaknya tidak jelas, sebaiknya hindari.
17. Sorbitan Monostearate
Emulsifier yang dapat berasal dari lemak hewani atau nabati. Periksa label halal untuk memastikan.
18. Vanilla
Perisa alami dari biji vanili, tetapi sering dicampur dengan alkohol untuk melarutkan aroma.
19. Vanillin
Perisa sintetis yang menyerupai aroma vanilla. Proses pembuatannya kadang melibatkan bahan yang tidak halal.
20. Whey (Jika Menggunakan Enzim)
Protein susu yang sering digunakan dalam pembuatan keju. Jika enzim yang digunakan berasal dari babi atau hewan non-halal, maka whey ini haram.
21. Yeast (Jika Menghasilkan Alkohol)
Ragi yang digunakan untuk fermentasi. Jika proses fermentasinya menghasilkan alkohol dalam jumlah signifikan, maka hasilnya tidak halal.
Catatan-Catatan Penting
- Teliti Label Produk: Cek komposisi dan asal-usul bahan pada label emasan. Jika tidak jelas atau mencurigakan, lebih baik hindari.
- Utamakan Produk dengan Label Halal: Produk dengan sertifikasi halal sudah melalui proses verifikasi bahan dan metode produksi yang aman untuk dikonsumsi Muslim.
- Produk yang tidak memiliki label halal belum tentu haram. Namun, saya pribadi selalu melihat label halal pada kemasan produk makanan ketika membeli, dan saya selalu tidak jadi beli jika tidak menemukan label halal pada kemasan produk. Saya selalu mengingatkan istri dan anak-anak saya untuk selalu cek label halal ini. Ini dalam rangka berhati-hati.
- Hindari Keraguan: Dalam Islam, meninggalkan yang meragukan adalah bentuk kehati-hatian untuk menjaga kesucian ibadah.
- Lemak dan minyak tumbuhan yang tidak berlabel 100% murni, tidak ada jaminan tidak adanya penambahan 5 – 15% lemak binatang. Sebaiknya ini dihindari. Jangan digunakan dalam rangka berhati-hati.
- Apabila zat tambahan makanan dihasilkan dari binatang yang disembelih dengan cara halal, atau dari tumbuhan, atau asli sintesis yang halal, maka adalah halal. Namun apabila diketahui disembelih dengan cara haram maka tentu saja haram. Jika ragu-ragu maka sebaiknya hindari dan tinggalkan.
- Sebelum membeli, cek dan teliti produk yang akan Anda beli. Jika Anda menemukan kode seperti kode di atas maka sebaiknya Anda berhati-hati dan hindari. Upaya ini adalah semata-mata untuk menjaga diri Anda dan keluarga dari makanan haram atau minimal diragukan halal dan haramnya. Ini kita lakukan untuk meraih ridho Allah. Meraih ridho Allah dan kecintaan Allah lebih penting dibandingkan selera kita.
***
Awas, Babi Ada di Mana-Mana!
Video di bawah ini cukup mengejutkan saya. Sebelum menontonnya, Anda harus sadari bahwa zat tambahan makanan yang haram tidak hanya dikaitkan dengan babi saja. Babi hanya salah satunya.
NB: Maaf, video di atas ada aurat yang terbuka. Saya tampilkan karena kontennya penting dan otentik. Mohon untuk menundukkan pandangan Anda.
***
Referensi:
- https://rumaysho.com/2185-pengaruh-makanan-yang-haram.html
- https://rumaysho.com/814-hukum-mengkonsumsi-makanan-yang-tercampur-rhum.html
- http://www.hidayatullah.com/iptekes/kesehatan/read/2011/03/22/1142/kode-e-pada-makanan-babi.html
- http://virgianidinihappy.blogspot.co.id/2012/12/info-zat-zat-haram-pada-bahan-tambahan.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Aditif_makanan
- https://special.worldofislam.info/Food/numbers.html
- http://www.halalindia.co.in/ecode.html
- http://www.muslimconsumergroup.com/e-numbers_list.html
- http://halalmalaysia.net/HALAL_E-CODES.php
- http://www.mailofislam.com/e-codes.html
- http://www.islamforlife.co.uk/haram%20list.htm
- http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1412/30/1
- http://halalcertification.ie/halal/halal-food-guidelines/
- http://www.artikelsiana.com/2014/10/macam-macam-zat-adiktif-makan-kegunaan-contoh.html
waduh… banyak juga ya yang perlu dihindari…..