Pernahkah Anda merasa seolah ada beban besar yang menghimpit ketika Anda harus menyelesaikan tugas, tetapi entah mengapa, Anda justru menundanya? Atau mungkin, Anda pernah bertanya pada diri sendiri, “Mengapa saya selalu menunda-nunda hal penting yang seharusnya bisa saya selesaikan sekarang?”
Jika iya, Anda tidak sendirian. Procrastination, atau kebiasaan menunda-nunda, adalah salah satu perilaku yang diam-diam menghambat potensi terbaik dalam diri kita.
Apa Sebenarnya Procrastination Itu?
Sederhananya, procrastination adalah ketika kita memilih untuk tidak melakukan sesuatu yang kita tahu harus dilakukan. Aneh, bukan? Kita tahu tugas itu penting, namun tetap saja kita menundanya. Tugas yang seharusnya bisa selesai dalam beberapa jam malah tertunda hingga esok hari, bahkan mungkin hingga tenggat waktu semakin dekat. Mengapa ini bisa terjadi?
3 Alasan Menunda-Nunda
Jika direnungkan, ada banyak alasan mengapa seseorang memilih untuk menunda. Takut gagal mungkin menjadi salah satunya. Kita merasa belum siap dan terus menunggu saat yang “sempurna,” meskipun saat itu jarang datang. Perfeksionisme juga sering kali membuat kita merasa belum cukup baik untuk memulai. Ada juga alasan lain seperti rasa kewalahan karena tugas terasa terlalu besar dan berat.
Pernahkah Anda merasa bingung harus mulai dari mana ketika menghadapi tugas besar? Rasanya, lebih mudah menunda daripada menghadapi kebingungan itu, bukan?
Apa Dampaknya Jika Kita Terus Menunda-Nunda?
Pernahkah Anda merasa kecewa pada diri sendiri karena tahu bahwa Anda bisa melakukan lebih baik jika tidak menunda?
Setiap kali kita menunda, kita sebenarnya hanya menumpuk lebih banyak tekanan pada diri sendiri. Stres dan kecemasan meningkat karena tenggat waktu semakin mendekat. Pekerjaan yang seharusnya bisa selesai dengan tenang akhirnya dikerjakan dengan terburu-buru, dan hasilnya sering kali tidak optimal. Semuanya berakhir dengan penyesalan.
Procrastination Sebagai Sebuah Paradoks
Procrastination bisa dikatakan sebagai sebuah paradoks. Mengapa? Mari kita lihat lebih dalam.
Apa itu paradoks? Secara sederhana, paradoks adalah sebuah pernyataan atau situasi yang tampak bertentangan atau tidak masuk akal, tetapi jika dipikirkan lebih mendalam, ada kebenaran di baliknya. Dengan kata lain, paradoks adalah sesuatu yang terlihat bertentangan di permukaan, tetapi sebenarnya saling berkaitan jika diuraikan lebih jauh.
Contoh klasik dari paradoks adalah “Semakin sedikit Anda bicara, semakin banyak yang Anda dengar.” Sekilas, pernyataan ini tampak aneh. Bagaimana mungkin kita mendengar lebih banyak jika kita bicara lebih sedikit? Namun, jika dipikirkan lagi, saat kita berhenti berbicara, kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara, sehingga kita bisa mendengarkan lebih banyak informasi.
Dalam konteks procrastination, paradoksnya adalah: kita menunda pekerjaan untuk menghindari ketidaknyamanan atau stres, tetapi tindakan menunda justru menciptakan lebih banyak stres dan tekanan di masa depan. Kita ingin merasa lebih baik dengan menunda, namun ironisnya, kita malah merasa lebih buruk.
Paradoks ini yang menjadikan procrastination begitu membingungkan dan sulit diatasi. Meskipun kita tahu menunda adalah kebiasaan yang buruk, kita sering kali tetap terjebak di dalamnya.
Mari kita renungkan beberapa aspek paradoks ini:
- Menunda untuk merasa lebih baik, tapi malah merasa lebih buruk
Saat seseorang menunda tugas, mungkin ada perasaan sementara bahwa mereka menghindari stres atau beban pekerjaan. Namun, semakin lama tugas itu ditunda, semakin besar pula tekanan yang menumpuk. Akibatnya, kita merasa semakin cemas karena tenggat waktu semakin dekat, dan hasil pekerjaan yang dilakukan terburu-buru jauh dari optimal. Jadi, menunda yang awalnya dimaksudkan untuk membuat kita merasa lebih baik justru meningkatkan stres. - Tahu apa yang harus dilakukan, tapi tidak melakukannya
Secara logis, kita tahu bahwa menyelesaikan pekerjaan segera akan mengurangi tekanan. Namun, meskipun kita sadar akan hal ini, kita masih memilih untuk menunda. Ini menciptakan konflik antara apa yang kita tahu dengan apa yang kita lakukan, yang bisa sangat membingungkan. - Waktu luang sekarang, tapi beban lebih berat nanti
Kita sering menunda pekerjaan untuk menikmati waktu luang sekarang, dengan berpikir bahwa kita bisa menyelesaikannya nanti. Tapi ketika “nanti” tiba, kita harus mengerjakan tugas itu dengan waktu yang lebih terbatas, energi yang berkurang, atau kondisi yang lebih sulit. Ini menciptakan paradoks, di mana kita berpikir kita memiliki kendali atas waktu kita, tetapi pada akhirnya, waktu semakin terasa mendesak dan tidak terkendali. - Menghindari ketidaknyamanan, tapi memperburuk ketidaknyamanan
Salah satu alasan utama procrastination adalah menghindari ketidaknyamanan: takut gagal, takut tugas terlalu besar, atau merasa tidak siap. Namun, menghindari ketidaknyamanan ini hanya memperpanjang rasa takut dan meningkatkan tingkat ketidaknyamanan saat akhirnya kita harus menghadapinya di bawah tekanan.
Jadi, procrastination bisa dikatakan sebagai paradoks psikologis di mana tindakan yang dimaksudkan untuk memberikan kelegaan sementara justru menghasilkan lebih banyak tekanan dan beban di kemudian hari. Sebuah siklus yang sulit dipatahkan, kecuali kita secara sadar mengubah pola pikir kita dan mulai bertindak segera.
Pernahkah Anda merasakan paradoks ini dalam hidup Anda? Mungkin inilah saatnya untuk menghadapinya. Mulailah dari langkah kecil agar kita bisa mematahkan siklus procrastination dan menjalani hari dengan lebih produktif serta tenang.
Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda-nunda?
Sekarang, bagaimana caranya kita mengatasi kebiasaan ini? Jawabannya sederhana, namun membutuhkan komitmen: mulailah dengan tindakan kecil.
Menurut James Clear, penulis buku Atomic Habits, perubahan besar bukan datang dari lompatan besar, melainkan dari kebiasaan kecil yang konsisten. Coba tanyakan pada diri Anda, “Apa langkah kecil yang bisa saya lakukan sekarang untuk memulai tugas ini?”
Salah satu teknik yang bisa Anda gunakan adalah metode “Salami slicing”. Bayangkan Anda memiliki satu batang salami besar—jika Anda mencoba memakannya sekaligus, tentu terasa berat. Namun bagaimana jika Anda memotongnya menjadi irisan kecil dan memakannya satu per satu? Tugas besar pun bisa terasa ringan jika kita memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diselesaikan satu per satu.
Mari berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sebenarnya menahan saya untuk tidak mulai sekarang? Apakah saya terlalu memikirkan hasil akhirnya? Atau mungkin saya takut gagal?” Jika jawaban Anda adalah iya, ketahuilah bahwa setiap orang mengalami rasa takut yang sama. Namun, orang sukses adalah mereka yang mampu melawan ketakutan itu dengan tindakan.
Apa tindakan itu? Sederhana saja. Mulailah dengan langkah kecil. Pecahlah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikelola, dan fokuslah pada satu bagian pada satu waktu. Jangan terpaku pada hasil akhirnya—fokuslah pada prosesnya. Ingatlah, setiap langkah kecil membawa Anda semakin dekat ke tujuan besar.
Perkuat Langkah dengan Doa
Agar langkah kecil Anda semakin teguh, perkuat ia dengan doa. Apa pun masalah yang kita hadapi, berdoalah kepada Allah.
Ini salah satu doa favorit yang lengkap terkait dengan solusi permasalahan menunda-nunda ini. Pada doa ini kita memohon kepada Allah agar: tidak lemah, tidak malas, tidak pengecut, tidak bakhil, tidak pikun, dan agar dihindarkan dari azab kubur. Ditambah pula permohonan agar: bertakwa, hati menjadi khusyuk, terhindar dari jiwa yang tidak pernah puas, dan agar doa dikabulkan.
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بكَ مِنَ العَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ القَبْرِ، اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَن زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بكَ مِن عِلْمٍ لا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لا يُسْتَجَابُ لَهَا
ALLAAHUMMA INNII A-’UUDZU BIKA MINAL ‘AJZI WALKASALI WALJUBNI WALBUKHLI WALHAROMI WA ‘ADZAABIL QOBRI
ALLAAHUMMA AATI NAFSII TAQWAAHAA WAZAK-KIHAA ANTA KHOIRU MAN ZAK-KAAHAA ANTA WALIY-YUHAA WA MAULAAHAA
ALLAAHUMMA INNII A-’UUDZU BIKA MIN ‘ILMIN LAA YANFA-’U WAMIN QOLBIN LAA YAKH-SYA-’U WAMIN NAFSIN LAA TASY-BA-’U WAMIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lemah, malas, sifat pengecut, sifat bakhil, penyakit pikun, dan azab kubur.
Ya Allah, karuniakan ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia, Engkaulah sebaik-baik Zat Yang Mensucikannya, Engkau pula Pelindung dan Penjaganya.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim)
5 Kata Mutiara Motivasi untuk Bersegera dan Tidak Menunda-nunda
Sebagai penutup, berikut 5 motivasi dari Al-Quran dan Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa menginspirasi Anda untuk tidak menunda-nunda:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1 – 3)
Allah bersumpah dengan “masa” atau “waktu” menunjukkan betapa “waktu” sangat berharga bagi manusia.
أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 61)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah dalam melakukan amal salih (sebelum datang berbagai cobaan) seperti potongan malam yang gelap gulita. Pada saat itu seseorang di pagi hari masih beriman, tetapi di sore hari sudah kafir; atau di sore hari ia beriman, tetapi di pagi hari sudah kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengannya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ : شَبابَكَ قبلَ هَرَمِكَ ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: (1) masa mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) sehatmu sebelum datang sakitmu, (3) kayamu sebelum datang miskinmu, (4) waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan (5) hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dan Al-Hakim)
Terakhir
Terakhir, ingatlah bahwa tidak ada yang salah dengan memulai dari hal kecil. Kebiasaan kecil yang Anda bangun hari ini akan membawa dampak besar di masa depan. Anda punya mimpi, tujuan, dan potensi besar. Jangan biarkan kebiasaan menunda menjadi penghalang terbesar dalam perjalanan Anda menuju kesuksesan.
Mulailah sekarang, karena setiap detik yang Anda gunakan dengan bijak adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik. Apa langkah kecil yang bisa Anda ambil hari ini untuk mewujudkan mimpi Anda?
–
*) Buku 100 Ringkasan dan Kesimpulan Buku Atomic Habits: Summary Lengkap dengan Penjelasan Ringkas dan Contoh Aplikatif yang Mudah Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-Hari dapat Anda beli di Google Play Books.