Sobat, luangkan waktumu untuk membaca satu hadis dan penjelasan ringkasnya di bawah ini. Ini hadis yang sangat sangat menginspirasi kami, dan insya Allah akan menginspirasimu. Anda harus mencatatnya ke dalam diary kehidupanmu!
Diriwayatkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَدِّدوا وقارِبوا واعلموا أنه لن يُدخِلَ أحدَكم عملُه الجنَّةَ وأنَّ أحبَّ الأعمالِ إلى الله أدومُها وإن قَلَّ
“Bersikaplah lurus dan mendekatlah kepada kebenaran. Ketahuilah bahwa amal perbuatan kalian tidak akan memasukkan salah seorang di antara kalian ke dalam surga. Dan sesungguhnya, amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Muslim)
(Hadis ini dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, no. 3174. Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari [6464] dengan sedikit perbedaan lafaz dan oleh Muslim [2818] dalam versi yang lebih panjang.)
PENJELASAN HADIS
حَثَّ الإسلامُ على مُلازَمَةِ الرِّفْقِ في الأعْمالِ، والاقْتِصارِ على ما يُطيقُ العامِلُ، ويُمكِنُه المُداوَمَةُ عليه. وفي هذا الحديثِ يقولُ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم
Islam menganjurkan agar selalu bersikap lembut dalam beramal, serta membatasi diri pada amal yang mampu dilakukan oleh seseorang, dan bisa ia kerjakan secara terus-menerus.
(Artinya, dalam beribadah dan beramal, seseorang tidak diperintahkan untuk memaksakan diri di luar batas kemampuannya. Islam lebih menekankan pada keseimbangan agar ibadah bisa dijalankan dengan konsisten.)
Dalam hadis ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَدِّدُوا أي: اقْصِدُوا الصَّوابَ ولا تُفْرِطُوا؛ فتُجهِدُوا أنفُسَكم في العِبادةِ؛ لئلَّا يُفضيَ بكم ذلك إلى المَلَل، فتترُكوا العملَ فتُفَرِّطُوا
سَدِّدُوا
BERSIKAPLAH LURUS:
Bersikaplah lurus dan tepat dalam beramal. Yaitu, carilah jalan yang benar dalam ibadah dan jangan sampai berlebihan. Sehingga kalian tidak sampai membebani diri kalian sendiri dalam ibadah. Agar hal itu tidak membuat kalian jatuh ke dalam kejenuhan. Lalu kalian malah meninggalkan amal dan menjadi lalai.
(Yakni, hendaknya seseorang beramal sesuai tuntunan syariat, tanpa memberatkan diri secara berlebihan yang dapat membahayakan dirinya. Jangan memaksakan ibadah di luar batas kemampuan yang wajar. Karena jika ibadah terlalu berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan, maka seseorang bisa merasa lelah dan jenuh. Akibat dari kelelahan dan kejenuhan, seseorang bisa saja berhenti beribadah atau malah menjadi malas dalam beramal.)
وقارِبُوا أي: إنْ لم تَسْتَطيعوا الأخْذَ بالأكْمَلِ، فاعْمَلوا بما يقرُبُ منه
وَقَارِبُوا
MENDEKATLAH:
Mendekatlah (usahakan untuk mendekati kesempurnaan). Yaitu, jika kalian tidak mampu melaksanakan ibadah atau amal dengan cara yang paling sempurna, maka lakukanlah amal yang mendekati kesempurnaan itu.
(Maksudnya, jika tidak mampu mencapai kesempurnaan dalam ibadah, maka tetap berusaha melakukan yang terbaik semampunya. Yakni, tetap berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuan, tanpa meninggalkannya sama sekali.)
“واعْلَمُوا أنَّه لنْ يُدْخِلَ أحَدَكُم عَمَلُهُ الجنَّةَ” يعني أنَّ الطاعاتِ التي تقومون بها، ليست عِوضًا وثَمنًا للجنَّةِ، ولا تُساويها، فالجنَّةُ سِلْعةٌ غَاليةٌ لا يُكافِئُها عَمَلٌ، وإنما تَدْخُلونها برَحْمةِ اللهِ، ولا تعارُضَ بين هذا الحديثِ وبين قولِهِ تعالى: {ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [النحل: 32]؛
واعلموا أنه لن يُدخِلَ أحدَكم عملُه الجنة
KETAHUILAH BAHWA AMAL PERBUATAN KALIAN TIDAK AKAN MEMASUKKAN SALAH SEORANG DI ANTARA KALIAN KE DALAM SURGA:
Artinya, ketaatan-ketaatan yang kalian lakukan bukanlah pengganti atau harga untuk mendapatkan surga, dan amal tersebut tidak sebanding dengan nikmat surga. Karena surga adalah sesuatu yang sangat berharga, yang tidak ada amal yang dapat menyamainya. Melainkan kalian masuk ke dalam surga karena rahmat Allah.
(Artinya, masuk surga bukanlah hasil dari amal seseorang semata, karena amal tidak cukup untuk “membeli” surga. Meskipun seseorang melakukan amal sebanyak-banyaknya, tetap tidak akan cukup untuk menebus kenikmatan yang ada di surga. Surga terlalu mulia untuk bisa dibeli dengan amal manusia yang terbatas. Meskipun amal adalah sebab untuk masuk surga, tetapi yang sebenarnya memasukkan seseorang ke dalamnya adalah rahmat Allah.)
Tidak ada pertentangan antara hadis ini dengan firman Allah Ta’ala:
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kalian ke dalam surga karena amal perbuatan yang dahulu kalian lakukan.” (QS. An-Nahl: 32)
وكما قال ابن تيمية: فإن المنفي نفي بباء المقابلة والمعاوضة، كما يقال : بعت هذا بهذا، وما أثبت أثبت بباء السبب، فالعمل لا يقابل الجزاء وإن كان سببا للجزاء؛ ولهذا من ظن أنه قام بما يجب عليه وأنه لا يحتاج إلى مغفرة الرب تعالى وعفوه، فهو ضال، كما ثبت في الصحيح عن النبى صلى الله عليه وسلم أنه قال : ” لن يدخل أحد الجنة بعمله ” ، قالوا : ولا أنت يا رسول الله ؟ قال : ” ولا أنا، إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل ” وروي ” بمغفرته
Sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyyah:
“Sesungguhnya yang dinafikan dalam hadis ini adalah nafiy (peniadaan) yang menggunakan huruf “bā’” dalam makna pertukaran atau transaksi, sebagaimana seseorang mengatakan: ‘Aku menjual ini dengan (harga) ini.’”
(Maksudnya, amal tidak bisa menjadi harga atau alat tukar yang setara untuk mendapatkan surga, sebagaimana dalam jual beli.)
“Sedangkan yang ditetapkan dalam ayat Al-Qur’an (yaitu, amal sebagai sebab masuknya seseorang ke surga) ditetapkan dengan huruf “bā’” yang menunjukkan sebab.”
(Artinya, amal adalah penyebab masuknya seseorang ke surga, tetapi bukan sebagai harga atau imbalan yang setara.)
“Maka, amal perbuatan tidaklah sebanding dengan pahala yang diberikan Allah, meskipun amal itu merupakan sebab datangnya pahala tersebut.”
(Dengan kata lain, pahala dari Allah jauh lebih besar daripada apa yang bisa “dibeli” oleh amal seseorang.)
“Oleh karena itu, siapa pun yang mengira bahwa ia telah melaksanakan semua kewajiban yang dibebankan kepadanya dan merasa tidak lagi membutuhkan ampunan serta maaf dari Allah Ta’ala, maka ia telah tersesat.”
(Ini mengajarkan bahwa manusia harus selalu bersikap rendah hati, karena sebaik apa pun amalnya, tetap membutuhkan rahmat Allah.)
“Sebagaimana telah tetap dalam hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
لن يدخل أحد الجنة بعمله
‘Tidak seorang pun yang masuk surga karena amalnya.’
قالوا : ولا أنت يا رسول الله ؟
Para sahabat bertanya: ‘Termasuk engkau, wahai Rasulullah?’
ولا أنا، إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل وروي بمغفرته
Beliau menjawab: ‘Ya, termasuk aku, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku.’ Pada riwayat lain disebutkan: ‘ampunan-Nya.’ (HR. Bukhari).”
ثم قال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: “وأَنَّ أحَبَّ الأعْمالِ إلى اللهِ أَدْوَمُها”، أي: ما استمرَّ في حياةِ العامِلِ، “وإنْ قَلَّ”؛أي: وإنْ كان عَملًا قَليلًا؛ لأنَّه يَستمِرُّ، بخِلافِ الكثيرِ الشَّاقِّ
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَأَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
SESUNGGUHNYA AMAL YANG PALING DICINTAI OLEH ALLAH ADALAH YANG DILAKUKAN TERUS-MENERUS, MESKIPUN SEDIKIT:
Yaitu amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus dilakukan sepanjang hidup pelakunya. Meskipun amal tersebut kecil atau sedikit, namun tetap berlanjut (sepanjang hidupnya). Berbeda dengan amal yang banyak tetapi berat dilakukan (sehingga sulit untuk dijaga kontinuitasnya).
(Maksudnya, amal tersebut bukan hanya dilakukan sesekali dalam semangat yang berlebihan, melainkan dilakukan secara konsisten. Artinya, jumlah amal bukanlah yang terpenting, melainkan keberlanjutannya. Menegaskan bahwa ukuran amal bukan yang utama, tetapi kesinambungannya lebih diutamakan. Amal yang kontinu lebih baik karena tidak terputus dan menjadi kebiasaan baik. Berbeda dengan amal yang banyak namun berat, yakni, amal yang dilakukan dalam jumlah besar tetapi terasa berat sehingga tidak bisa dijaga keberlangsungannya, lebih rentan untuk ditinggalkan.)
وفي صَحيحِ مُسلمٍ عن عَلقمةَ، قال: “سألتُ أمُّ المؤمنين عائشةَ، قال: قلتُ: يا أُمَّ المؤمنين، كيف كان عمَلُ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ؟ هل كان يَخصُّ شيئًا مِن الأيَّامِ؟ قالتْ: لا، كان عَمَلُه دِيمةً، وأيُّكم يستطيعُ ما كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يستطيعُ؟!” وكانتْ عائشةُ رضِيَ اللهُ عنها إذا عَمِلَتِ العَملَ لَزِمَتْه
Dalam Shahih Muslim, dari ‘Alqamah, bahwa beliau pernah bertanya kepada Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
‘Alqamah berkata: “Aku bertanya kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beramal, apakah beliau mengkhususkan hari tertentu?’
Beliau menjawab:
‘Tidak, beliau tidak mengkhususkan hari tertentu. Namun, amal beliau selalu berkelanjutan (konsisten). Dan siapakah di antara kalian yang mampu seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?'” (HR. Muslim)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga dikenal selalu menjaga amal yang telah ia mulai dan tidak pernah meninggalkannya.
*) Diterjemahkan secara bebas dari dorar.net oleh Banghen.
KESIMPULAN DAN PELAJARAN DARI HADIS
- Islam menganjurkan KESEIMBANGAN dalam beramal, tanpa berlebihan dan tanpa bermalas-malasan.
- Surga tidak bisa diperoleh hanya dengan amal, tetapi dengan RAHMAT (KASIH SAYANG) dan AMPUNAN ALLAH.
- Istiqamah (konsistensi dan terus menerus) dalam beribadah, walaupun ibadah yang kecil, ITU LEBIH DICINTAI ALLAH DAN LEBIH BAIK daripada ibadah yang besar tetapi tidak berkelanjutan.