Jika kamu mau tulisanmu berkualitas tinggi, ada satu tahapan penting yang harus kamu lalui, yaitu mengumpulkan bahan mentah (gathering raw materials). Kamu harus benar-benar memahami subjek dan objek tulisanmu. Kamu paham orang, benda, dan tempat yang kamu tulis (subjek), dan kamu menguasai topik yang akan kamu angkat menjadi tulisan (objek). Semakin banyak bahan mentah yang kamu kumpulkan, maka semakin banyak amunisi untuk tulisanmu. Ini akan berdampak pada kualitas tulisanmu nanti.
Semua bahan mentah yang kamu kumpulkan tadi, kemudian kamu racik menjadi tulisan yang sedap disantap. Pembaca tulisanmu akan merasakan lezatnya. Mereka akan memujimu dan tulisanmu.
Sebaliknya, jika kamu ingin tulisanmu jelek, cobalah sembarang menulis, terburu-buru, tak usahlah kamu tahu apa pun tentang apa yang kamu tulis. Sajikan tulisanmu apa adanya. Hasilnya, kamu dan tulisanmu akan mendapat celaan dari pembacanya. Mereka akan menyebutmu sebagai penulis yang jelek.
Intinya, kamu harus punya pengetahuan terhadap apa yang kamu tulis. Berilmu dulu sebelum menulis.
Banghen.com
***
TIPS MENULIS DAHLAN ISKAN
Ini tips menulis yang enak dibaca dan perlu, terutama bagi Anda seorang penulis:
Saya sering mengajarkan kepada wartawan kami agar jangan mengabaikan deskripsi. Yakni menceritakan hal-hal detil yang dianggap sepele, tapi sebenarnya penting. Sebuah tulisan yang deskripsinya kuat, begitu saya mengajarkan, bisa membawa pembaca seolah-olah menyaksikan sendiri suatu kejadian. Deskripsi yang kuat bisa membuat pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu. Deskripsi yang kuat bahkan bisa menghidupkan imajinasi pembaca. Imajinasi pembaca kadang lebih hidup daripada sebuah foto. Inilah salah satu kunci kalau jurnalistik tulis masih diharapkan bisa bertahan di tengah arus jurnalistik audio visual.
Saya juga selalu mengajarkan agar dalam menulis kalimat-kalimatnya harus pendek. Kalimat pendek, begitu saya mengajar, akan membuat tulisan menjadi lincah. Kalimat-kalimat yang panjang membuat dada pembaca sesak. Semakin pendek sebuah kalimat, semakin membuat tulisan itu seperti kucing yang banal. Apalagi kalau di sana-sini diselipkan kutipan omongan orang. Kutipan itu–direct quotation–juga harus pendek-pendek. Mengutip kata seorang sumber berita dalam sebuah kalimat panjang sama saja dengan mengajak pembaca mendengarkan khotbah. Tapi, dengan selingan kutipan-kutipan pendek, tulisan itu bisa membuat pembaca seolah-olah bercakap-cakap sendiri dengan sumber berita. (Ganti Hati, Dahlan Iskan)